September 19, 2010

Pergilah Cinta

Quantcast Waktu terasa begitu cepat jalannya. Sebentar lagi dia akan berusia 35 tahun. Dan teman-teman lainya sudah asik menimang-nimang anak. Di dalam hati ada kesepian yang sangat. sebenarnya akupun membutuhkan perhatian dan cinta. Namun aku takut memulai. Tak banyak wanita yang ku kenal di sekeliling hidupku. mungkin aku telah patah arang. Benar kata orang, bila wanita putus cinta, mereka akan bertambah
cantik dan bertambah gaya. Bila pria putus cinta makin kusam, hidup ngak
teratur dan tampang makin jelek. Itulah yang terjadi pada ku. dalam
Masa 3 tahun bersama Wina hilang begitu saja, saat Wina mengabarkan dia
menerima tunangan dari mamanya. Baginya itu adalah alasan yang
dibuat-buat.
“Wahai jiwa yang berada di dalam rasa dan diriku, apakah aku terlalu
banyak berdialog dengan diriku sehingga aku kurang mampu berkomunikasi
dengan lingkunganku ? Apakah aku adalah orang yang selalu berpikir picik
dalam kehidupan ini? Apakah aku terlalu egois terhadap diriku sendiri?”
pertanyaan batin ini menyeruak dan bermain dalam lamunan hati aku pun
bertambah hancur.
Ini adalah cinta ke 2 yang kandas. Satu tahun aku menjadi kacau
sampai-sampai aku pernah hampir di PHK dari pekerjaan. Sebab jarang
masuk kerja dan kalaupun masuk ngak ada kerjaan yang beres pada
waktunya. Untunglah atasanku sangat baik padaku dan sering memberi
semangat hidup. Kebiasaan minum di bar sudah setahun ini dia hentikan.
Dan dia tidak pernah bikin malu lagi dengan teller di bar atau di
jalanan.
sering Gelap dalam pikiranku tak seperti terangnya sinar matahari.
Kulihat cahayanya menyilaukan mata, panasnya membuat dahi mengeluarkan
keringat. Aku hanya bisa mengusap keringat itu dengan lenganku sebagai
tanda bahwa aku kelelahan. Mana sempat aku bawa sapu tangan dari rumah
dengan kondisiku saat itu. “Ya Allah, sepertinya aku tak sanggup lagi
menahan semua ini,” begitulah gelora dalam batinku.
*****************
Pukul tujuh sore telah tiba, aku pun buru-buru pulang untuk menepati
janjiku harus bertemu dengan wina di sebuah resto favoritku. Dan Kamipun
duduk berdua di sebuah meja makan. Untuk makan malam.
Cahaya lampu neon berubah wujud wina menjadi bidadari cantik,
menggetarkan hati ku. Begitulah kiranya hasil proyektor otak ku.
Kulitnya yang putih tak mungkin terbakar oleh sinar itu, , saat-saat
seperti ini hatiku
membutuhkanmu untuk memadamkan asmara yang kian memuncak ketika aku
merindukanmu setelah 3 tahun berlalu. Isi hatiku pun tak mampu keluar
dari mulutka. Ah, yang bisa dilakukannya hanya diam, bicara hanya mampu
melalui mimpi atau saat Ia lagi sendiri.
Wina ternyata telah berubah, makin gemuk dan wajahnya tak secantik
dulu. Ada raut penderitaan di bola matanya. Setelah selesai makan
merekapun bicara ke inti persoalan. Tak terasa ada air mata di wajah
Wina. aku pun mendadak terharu. Cerita yang dia lontarkan cukup
mengagetkan ku. Aku berpikir Wina pasti bahagia hidupnya.
Ternyata tak seperti perkiraanku. Suaminya ternyata seorang don juan.
Punya banyak simpanan wanita. Jarang pulang dan kalau pulang pun hanya
pertengkaran yang ada. Sejak anak pertamanya lahir suaminya berubah.
Kasar dan suka memukul.
aku hanya terdiam dan tak sanggup berkata. aku adalah orang lain
sekarang bagi Wina. Dan semuanya tak akan bisa kembali seperti dulu. aku
sadar, tak baik bagiku menjadi orang ketiga di keluarga wina. Itu akan
menambah persoalan baru.
Lamunanku kembali buyar.wina menyadarkan aku, mungkin karena hatiku
menghibur diriku yang selalu kesepian ini, membuatku dapat tersenyum
cerah tanpa beban dihadapan wina.
“Gus..maafkan Wina ya. Wina telah menghancurkan hati kamu, dalam hati
kecil Wina, Wina masih mencintai kamu. Dan tak akan hilang sampai kapan
pun, terimakasih kamu telah mau menemani malam ini.” Wina pun mencium
pipiku sebelum berlalu naik taxi pulang.
Tanpa terasa hari sudah kian malam, dan selama dalam perjalanan
pulang, aku tak henti-hentinya bersyukur. Waktu yang sempit sekali pun
harus kusyukur. Rembulan malam tepat berada di tengah-tengah ketika
nada-nada itu tiba-tiba lenyap digantikan keheningan yang luar biasa.
Keheningan yang membawaku menyadari ternyata aku benar-benar sendiri,
dan aku yang telah terbiasa sendiri ini menjadi ketakutan, bukan takut
karena aku seorang diri disini, tapi takut dengan kesendirianku yang
selalu menyendiri, seperti sekarang ini. Aku tetap terdiam merenungi
kesendirianku, kenapa aku selalu ingin sendiri ? dan berulang kali aku
mencoba untuk bisa hidup dengan orang lain ternyata tetap tidak nyaman
tidak seperti ketika aku sendiri. Mungkin aku selalu merindukan
kesendirianku.
Aku termenung…aku tak tahu mesti berkata apa. aku pada posisi yang
salah. Bagaimanapun rasa suka masih ada. Tapi cinta nya telah hilang
buat Wina.Saat aku pulang samar-samar di radio di mobilku terdengar lagu
dari “Selamat jalan kekasih… Manis yang berujung perih…Kisah ini
terlalu indah tuk jalani ini semua”. Tanpa sadar air mataku menetes di
pipi. “Tuhan…kuatkan iman hamba” aku berdoa. Dan aku sadari aku pun
tidak bisa memiliki wina ku lagi.. pergilah biarkan ku nikmati indah
dirimu hanya dalam bayang-bayang sepi.
Aku terus berdoa kepada Allah. “Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang Maha Pengasih. Biarkan aku ikhlas dalam melepas Wina. Takdirmu adalah nyata segalanya bagiku. Pergilah cinta dengan rasa yang selalu kujaga. Raihlah hidupmu. Bukankah cinta tidak harus selalu memiliki?” Hanya pikiran itu yang ada di benakku kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

share this..

share it..

music here !! ♥♥